Saterdag 09 November 2013

pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
"Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang(11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina PramukaAndalan PramukaKorps Pelatih PramukaPamong Saka PramukaStaf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Sedangkan yang dimaksud "Kepramukaan" adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluargadalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Sejarah


Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung.[1] Sedangkan di tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).[1]Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda) Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.[1] Pendirian gerakan ini pada tanggal 14 Agustus 1961 sedikit-banyak diilhami oleh Komsomol di Uni Soviet.[2]
Organisasi Kepanduan Indonesia di seputaran tahun 1920-an.
Pada tanggal 26 Oktober 2010Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Berdasarkan UU ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan. [3]

Tujuan Gerakan Pramuka[sunting | sunting sumber]

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:
a. memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani;
b. menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan
Prinsip Dasar Kepramukaan]
Lambang Kwarnas Gerakan Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar[4] sebagai berikut:
  • Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya
  • Peduli terhadap dirinya pribadi
  • Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka

Metode Kepramukaan

Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
  • pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
  • belajar sambil melakukan;
  • kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  • kegiatan yang menarik dan menantang;
  • kegiatan di alam terbuka;
  • kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
  • penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
  • satuan terpisah antara putra dan putri;

Keanggotaan]

Anggota Gerakan Pramuka terdiri dari Anggota Muda dan Anggota Dewasa. Anggota Muda adalah Peserta Didik Gerakan Pramuka yang dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya :
  1. Golongan Siaga merupakan anggota yang berusia 7 s.d. 10 tahun
  2. Golongan Penggalang merupakan anggota yang berusia 11 s.d. 15 tahun
  3. Golongan Penegak merupakan anggota yang berusia 16 s.d. 20 tahun
  4. Golongan Pandega merupakan anggota yang berusia 21 s.d. 25 tahun
Anggota yang berusia diatas 21 tahun berstatus sebagai anggota dewasa. Anggota dewasa Gerakan Pramuka terdiri atas :
1. Tenaga Pendidik yang terdiri atas :
  • Pembina Pramuka
  • Pelatih Pembina
  • Pembantu Pembina
  • Pamong Saka
  • Instruktur Saka
2. Fungsionaris terdiri atas :
  • Ketua dan Andalan Kwartir (Ranting s.d. Nasional)
  • Staf Kwartir (Ranting s.d. Nasional)
  • Majelis Pembimbing (Gugus Depan s.d. Nasional)
  • Pimpinan Saka (Cabang s.d. Nasional)
3. Anggota Gugus Dharma Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka Indonesia memiliki 17.103.793 anggota (per 2011) , menjadikan Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan terbesar di dunia.


Sifat

Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di KopenhagenDenmark, maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :
  • Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
  • Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
  • Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja

Donderdag 12 September 2013

Saterdag 24 Augustus 2013

Rakkalicious!: Contoh Narrative Text

Rakkalicious!: Contoh Narrative Text: THE KOMODO LIZARD             Along time ago, there are two fisherman. They tied their boat up. Hurried out of the boat and ran down t...

Vrydag 05 Julie 2013

perilaku terpuji

Perilaku Terpuji : Tawadhu atau Rendah Hati

Written By Gilang al Qarana on Kamis, 02 Mei 2013 | 01.44

Menurut bahasa, tawadhu' artinya rendah hati. Secara istilah tawadhu' adalah sikap merendahkan hati, baik di hadapan Allah SWT maupun sesama manusia. Manusia yang sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempumyai alasan untuk merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya. 

Sebagaimana firman Allah di dalam Al-qur'an surat Al-Furqon:63, 


وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامً
yang artinya: 
"Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." 

Makna kandungan ayat di atas, Allah memerintahkan umatnya untuk merendahkan hati terhadap sesama dengan cara mengucapkan kata-kata yang cik dan lemah lembut. 

Rosulullah Saw juga menjelaskan bahwa orang yang tawadhu' akan diangkat derajatnya oleh Allah swt. Sabda Rosulullah yang artinya : 

"Sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, barang siapa yang merendahkan diri dihadapan Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya pada tempat yang tinggi. Dan barang siapa yang takabur kepada Allah, maka Allah akan menghinakannya sampai ke tempat serendah-rendahnya." (HR. Ahmad) 

Contoh perilaku Tawadhu' 
a. Meskipun ia termasuk orang yang jawa tetapi ia mau berbahur dengan oran miskin. 
b. Seorang pimpinan yang bersikap santun kepada bawahannya 
c. Seorang murid masih mau menghormati guru yang pernah mengajarkan di TK, meskipun 

    murid tersebut sudah duduk di bangku kuliah, dsb. 

Membiasakan perilaku Tawadhu 
Biasakanlah berperilaku tawadhu dengan memakai rumus 3 M :

  • Mulai dari diri sendiri 
  • Mulai dari yang paling mudah 
  • Mulai dari SEKARANG!! 

Vrydag 17 Mei 2013

download lagu Giselle - Pencuri Hati

<iframe src="http://www.stafaband.info/embed-44488.html" width=310 height=70 scrolling="no" frameborder=0></iframe>

klik link di atas

teks bacaan


Melahirkan Generasi Qur’ani

Melahirkan Generasi Qur'aniSuatu hari seseorang pemuda berjalan di sebuah desa yang sangat asri, dihiasi oleh banyak pepohonan, udara yang penuh dengan kesejukan, sungai-sungai yang mengalir begitu jernihnya, sebuah perjalanan biasanya kebanyakan orang membawa cukup perbekalan baik uang, atau makanan-minuman dan sebagainya. Namun berbeda dengan pemuda ini, bukan karena lupa membawa perbekalan namun ketiadaanya yang membuat pemuda ini tidak membawa apa-apa, perjalanan yang cukup melelahkan membuat pemuda ini merasakan dahaga dan lapar, wajarlah karena memang pemuda ini seorang manusia biasa bukan malaikat.
Singkat cerita pemuda ini melihat ada satu buah yang jatuh dari pohonnya, dengan semangat dan tanpa berfikir panjang, apakah buah itu kotor atau setengah kotor dia tak peduli dengan hal itu langsung saja pemuda ini mengejar dengan rasa riang dan bahagia, ia pun mendapatkannya dengan mudah, dicuci lalu dimakannya setelah membaca basmalah, ia pun menghilangkan dahaga hausnya dengan meminum seteguk air sungai yang segar.
Setelah pemuda ini baru saja memakan setengah dari buahnya lalu tiba-tiba terbesitlah ia, bahwa sesungguhnya dari manakah buah itu berasal? Orang yang bertakwa kepada Allah, jika digoda dengan syetan akan cepat mengingat Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”. (QS Al A’raf:201) Subhanallah.
Lalu pemuda ini menelusuri pohon yang kira-kira dari manakah buah ini berasal, tidak mungkin buah ini datang begitu saja, pasti berasal dari sebuah pohon. Akhirnya pemuda ini menemukan pohon tersebut. Dengan rasa yang sangat takut, karena merasa memakan makanan yang bukan miliknya, seperti takutnya sahabat Abu Bakar ra takkala tahu makanan yang dimakan itu tidak halal, ia segera memasukkan jari ke mulutnya dan memuntahkan semua makananannya. (HR Bukhari).
Kemudian pemuda ini memberanikan diri untuk masuk ke salah satu rumah penduduk yang diduga pemilik pohon tersebut. Lalu dengan nada suara yang lembut, pemuda ini mengucapkan salam. Setelah berbicara panjang, apa yang ditanyakan oleh pemuda ini dibetulkan oleh pejaga rumah lalu ia pun mendatangi pemilik pohon itu. Pemuda ini kemudian meminta maaf kepada pemilik pohon karena sudah memakan buahnya tanpa seizininnya meskipun bukan maksud mengambilnya, namun karena keadaan spontan dan juga karena ditemukan di tanah.
Pemilik pohon ini, didalam hatinya merasa terkagum-kagum dengan perilaku yang dilakukan pemuda tersebut. Walaupun pemuda ini sudah meminta maaf, namun pemilik kebun tak semudah itu memaafkannya, dikarenakan pemilik kebun merasa ada sesuatu yang beda dengan pemuda ini. Tidak sembarang pemuda, yang ini sangat berbeda dengan pemuda-pemuda lain. Selanjutnya sang pemilik pohon mau memaafkan kesalahannya asalkan dengan satu syarat, syaratnya adalah jika pemuda ini sanggup maka akan dimaafkan segela kesalahannya. Tanpa berfikir panjang pemuda ini mengiyakannya, karena takutnya kepada Allah SWT (QS. An-Nisa : 29).
Namun ternyata syarat yang diajukan ini sangat mengejutkan, karena syaratnya adalah pemilik pohon menginginkan pemuda ini menikahi putrinya. Dengan rasa berat namun dilandasai dengan keimanan yang kokoh, pemuda ini pun mengiyakan syarat tersebut. Selanjutnya pemilik pohon menceritakan singkat profil putrinya ini. Bahwasanya putrinya ini mempunyai tubuh yang buta, bisu, tuli dan lumpuh. Hal ini sempat menggegerkan kembali hati pemuda tersebut, namun dengan iman yang mantap ia pun mengiyakan itu semua. Lalu terjadilah akad pernikahan. Sesudah pernikahan usai, pemuda ini dipersilahkan masuk menemui istrinya.
Sewaktu pemuda ini hendak masuk ke kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena ia menyakini bahwa malaikat tentu tidak tuli dan bisu. Maka pemuda inipun mengucapkan salam, tak disangka putri yang ada dihadapannya itu menjawab salamnya. Bahkan ketika pemuda ini masuk dan menghampiri putri itu, dia pun mengulurkan tangannya. Pemuda ini terkejut karena putri yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.
Pemuda ini berkata dalam hatinya, bapak pemilik pohon itu berkata, bahwa putrinya itu tuli dan bisu tetapi mengapa putrinya menyambut salamku? Berarti putri yang ada dihadapannya dapat mendengar dengan baik dan tidak bisu. Kemudian bapak itu juga mengatakan bahwa putrinya buta dan lumpuh tetapi mengapa putrinya menyambut kedatangannya dengan ramah dan mesra? Pemuda ini berpikir sejenak, mengapa bapaknya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya?
Setelah pemuda ini duduk di kamar putrinya itu, dia bertanya kepada putri itu, bapakmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta, mengapa demikian? Putri itu kemudian menjawab, bapakku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah SWT.
Kemudian pemuda ini bertanya lagi, bapakmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa demikian? Putri itu menjawab, bapakku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah SWT. Bapakmu juga menceritakan kepadaku bahwa kamu bisu dan lumpuh, mengapa demikian? Putri itupun kembali menjawab, aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah SWT saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah SWT. Subhanallah..
Pemuda ini pun merasa sangat bahagia, karena mendapatkan istri yang ternyata sangat sholehah dan putri yang selalu memelihara kehormatan dirinya. Cerita bapak mertuanya ternyata semua itu hanyalah kiasan semata. Dengan bangganya pemuda ini, ia bercerita perihal tentang istrinya, ketika kulihat wajahnya…Subhanallah, Dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap. Kemudian pemuda sholeh dan pemudi sholehah itu hidup rukun dan bahagia, keluarga penuh dengan keberkahan, keluarga sakinah-mawaddah-warahmah (QS.Ar-Rum:21). Tak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang sangat sholeh, melahirkan generasi qur’ani.
Syarat pertama untuk melahirkan generasi qur’ani adalah mencari makanan yang halal, yang Allah sediakan untuk kita, namun bukan saja Halal, namun juga Thoyyib (QS. Al-Maidah: 88). Sering kita lihat motto salah satu warung makanan, Halalan Thoyyiban, karena jika halal saja tidak cukup, harus thoyyib (baik), karena coba kita lihat kulit duren, bukankah itu halal? boleh dimakan namun tidak thoyyib, dengan memakan makanan yang halal dan thoyyib, kita dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan Allah dalam tubuh kita, maka semakin bersih dan sucilah jiwa kita.
Syarat kedua adalah memilih istri yang sholehah (QS An-Nisa: 34). Itu pesan yang sangat penting diantara syarat-syarat orang memilih seorang wanita, Rasulullah Saw sangat menganjurkan untuk memilih istri yang sholehah, karena dia yang akan membahagiakan kita, serta kita pun sangat beruntung mendapatkannnya (HR Bukhari Muslim).
Syarat yang kedua ini juga sangat menentukan masa depan kita, bukan hanya kebahagiaan di dunia saja melainkan akhirat, jika hanya satu diantara orang tua yang sholeh/sholehah, maka akan sulit melahirkan generasi qur’ani, sebagaimana pelajaran dari kisah Nabi Nuh AS. Nabi Nuh adalah seorang Nabi yang tak diragukan lagi ketaatannya kepada Allah SWT, akan tetapi mempunyai istri yang tidak taat kepada suami dan Allah SWT, hasilnya anak pun tidak menjadi anak yang sholeh/sholehah (QS At-Tahriim: 10), yaitu membangkang dan durhaka sehingga istri dan anaknya dibiarkan tenggelam di lautan (QS Hud : 42-43).
Contoh kedua adalah Raja Fir’aun, raja yang sangat beringas, raja yang menuhankan dirinya untuk disembah, yang memerintahkan untuk membunuh seluruh anak-anak kecil laki-laki yang dikhawatirkan akan menumbangkan kerajaannya (QS Al A’raf: 127), suami yang tidak sholeh, tidak taat kepada Allah SWT namun ia memiliki istri yang sholehah, dialah Asiyah, seorang istri raja Fir’aun yang memiliki ketaatan yang begitu baik kepada Allah SWT (QS At-Tahriim: 11).
Ketaatan seorang istri kepada Allah SWT saja tidak cukup, yang tidak dibarengi oleh suami yang sholeh, walhasil akan sulit melahirkan generasi qur’ani. Contoh yang terbaik adalah dialah Abul Anbiya, bapak para Nabi, Nabi Ibrahim AS (QS At-Taubah: 114), mempunyai istri yang sholehah, yang taat kepada Allah SWT, taat sekali kepada suaminya. Dengan demikian maka lahirlah generasi qur’ani, anak yang sholeh, yang taat sekali kepada Allah dan orang tuanya, dialah Nabi Ismail AS (QS. Ash-Shaffat:99-111).
Contoh terakhir adalah dialah penutup para Nabi, Nabi Muhammad SAW, manusia terbaik, teladan untuk semua manusia (QS Al Ahzab: 21), yang mempunyai istri-istri yang sholehah, yang selalu taat kepada Allah SWT, dan suaminya dan akhirnya pun mempunyai keturuan yang sholeh-sholelah, bukan hanya sampai anaknya saja, melainkan ketaatan kepada Allah SWT yang diikuti oleh keturunan-keturunannya, cucu-cucu beliau, Hasan dan Husein. Subhanallah.
Syarat ketiga adalah memegang ubun-ubun istri dan mendoakannya setelah menikah (HR Abu Dawud, Ibnu Majah), kemudian sholat sunnah 2 rakaat sebelum berhubungan suami-istri (HR Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani) kemudian dilanjutkan dengan seringnya kedua orang tua berdoa kepada Allah sebagaimana doa Nabi Ibrahim AS, “Rabbi hablii minassholihiin” (QS As-Shaffat:100), InshaAllah anak yang akan lahir nanti akan menjadi pelipur lara, penyejuk mata, bukan hanya saja anak akan menjadi penyejuk mata, namun dimasa yang akan datang ia akan menjadi pemimpin diantara orang bertaqwa (QS.Al Furqaan:74).
Syarat keempat adalah menghadirkan suasana islami didalam keluarga kita, mendengarkan bacaan Alquran baik melalui kaset, cd, ataupun lainnya. Adapun yang terbaik adalah suara yang dibacakan langsung oleh kedua orang tuanya, sebagaiman Rasulullah Saw bersabda : “Terangilah rumahmu dengan membaca Alquran dan Sholat Sunnah” (HR. Bukhari). Meluangkan waktu keluarga untuk Alquran, dengan cara membaca, menghafal, mengulang, menghayati, mengamalkan dan memasyarakatkannya. Generasi qur’ani adalah generasi yang sangat cinta dengan Alquran, seringnya, akbrabnya dengan Alquran, oleh sebab itu seseorang yang paling baik, paling pandai bacaan Alqurannya, ia paling layak dan pantas menjadi pemimpin sholat (HR Muslim).
Syarat kelima adalah selalu menjaga, memelihara anak dari api neraka, bukan hanya menyelamatkan diri kita sendiri, melainkan menyelamatkan juga keluarga dan lingkungan kita (QS-At-Tahriim: 6).
Syarat keenam adalah senantiasa membina anak dalam pendidikan yang islami, baik itu pendidikan umum ataupun syar’i, kejarlah pendidikan dengan setinggi-tingginya, menjadi pakar ataupun guru besar, akan tetapi perlu ditekankan bahwa dengan pendidikan itulah membuat anak kita semakin takut kepada Allah SWT, seperti takutnya kambing akan terkaman serigala, (QS Faatir: 28), (HR Bukhari). Mewariskan yang terbaik untuk anak bukan hanya harta (QS Al-Kahfi: 80-81), namun juga dibarengi dengan ilmu (Ali bin Abi Thalib). Dengan kedua hal itu mampu menjaga anak kita dari miskinnya harta, dan banyaknya keberkahan ilmu. InshaAllah.